Berita Terkini
Untuk sebagian orang belajar merupakan nafas kehidupannya, namun tidak sedikit manusia didunia ini yang masih sulit untuk melaksanakan proses belajar itu. Menurut Thursan Hakim dalam buku Belajar secara efektif (2000) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. Belajarpada umumnya ada dua macam yakni belajar Formal yaitu dilakukan di lembaga pendidikan seperti sekolah, Kuliah maupun bimbingan belajar, ada juga belajar informal yakni dilakukan dilingkungan masyarakat dengan cara bersosialisasi dengan masyarakat. Dalam tulisan ini akan lebih banyak menyoroti proses belajar Formal yakni yang dilakukan di Lembaga Pendidikan terutama sekolah.
Seperti diketahui bahwa dengan dikeluarkanya Kurikulum daurat dimasa pandemi covid -19 ini, sebagian besar peserta didik tidak lagi kesekolah seperti sediakala dimasa sebelum Pandemi, Muncul istilah baru Pembelajaran Jarak Jauh yang pada hakekatnya untuk para pendidik sendiri juga masih terbilang awam. Namun sebagai tenaga pendidik profesional yang sudah mendedikasikan dirinya untuk menjadi pahlawan tanpa tanda jasa sudah barang tentu untuk melakukan inovasi-inovasi. Banyak diantara para pendidik yang dengan cepat melakukan adaftasi, inovasi pembelajaran namun tidak dapat dipungkiri masih ada yang gelagapan, tidak tahu harus berbuat apa. Hal ini juga diperparah dengan peserta didik yang menganggap pembelajaran-jarak jauh ini sebagai libur panjang sekolah, yang oleh karena banyak diantara mereka tidak memiliki kemampuan baik dari sisi penyediaan alat pembelajaran maupun kemampuan untuk mengikuti perubahan pembelajaran tersebut.
Tanpa bermaksud untuk mengeneralisasikan masalah belajar ditengah situasi pandemi ini, saya memiliki pengalaman betapa pahitnya menjadi Guru saat ini. Pendidik dipaksa untuk melakukan hal yang dia sendiri juga belum paham, Belajar daring dan luring. Baik belajar dalam jaringan, luar jaringan maupun tatap muka pendidik diharuskan untuk dapat menguasai peserta didiknya secara mendalam, hanya saja Mencoba mendeteksi perasaan, emosional peserta didik tanpa berhadapan dengan peserta didiknya, merupakan hal baru dan sedikit meyulitkan pendidik masa kini. Hal ini bukan saja menjadi kewajiban namun bagi saya menjadi tantangan untuk menjadi guru dimasa saat ini. Sehingga perlu untuk mengetahui bagaimana meningkatkan gairah belajar dimasa Pandemi? Hal apa saja yang pelu diingat? Dan bagaimana peran masing-masing stakholder pendidikan untuk meningkatkan Gairah Belajar, baik dari Pendidik, Orangtua/masyarakat dan peserta didik itu sendiri.
Pendidik.
Hal yang utama dilakukan oleh seorang pendidik adalah mengetahui masalah peserta didiknya, dalam Diklat Guru belajar yang dilakukan oleh kementerian pendidikan menyebut perlunya melakukan awal non kognitif, maksudnya ialah proses yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keadaan, situasi yang dialami peserta didik sebelum melakukan pembelajaran. Jika dalam pembelajaran tatap muka peserta didik ada dihadapan pendidik sehingga memudahkan untuk melakukan Asesmen diagnostik awal, semisalnya pendidik sebelum memulai pembelajaran melontarkan pertanyaan “Bagaimana Keadaan Kamu Hari ini”, “bagaimana perasaan mu pagi ini”, hal semacam ini sudah dilakukan, lalu bagaimana melakukannya tanpa berhadapan dengan peserta didik?.Dalam melakukan pembelajaran dimasa pandemi membutuhkan waktu untuk mengetahui kemampuan peserta didik secara kognitif maupun non kognitif. Perlu dilakukan inovasi-inovasi untuk mendeteksi secara mendalam, tidak cukup hanya dengan bertanya melalui media sosial. Salah satu inovasi dimaksud bisa dilakukan dengan cara membuat group Facebook. Namun bagaimana dengan peserta didik yang tidak memiliki facebook? Untuk ini wajib untuk melakukanya dengan berdiskusi langsung dengan peserta didik dihadapan orangtuanya.
Selain dengan facebook dapat juga dilakukan dengan media sosial yang lain seperti twitter dan Instagram, karena bukan rahasia umum lagi saat ini banyak dikalangan peserta didik yang lebih memdedikasikan dirinya untuk terlihat eksis di media sosial dibanding di dunia nyata. Peserta didik lebih Jujur untuk mengungkapkan Perasaaan, termasuk mengugkapkan kepribadianya ke media sosial. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya orang menuliskan doa di facebook ketika orang tuanya, rekanya atau saudaranya sedang sakit, mengalami musibah, namun hal itu tidak dilakukan secara nyata didepan orang tuanya, saudaranya yang sedang sakit, dan ketika ditanya dia tidak akan jujur akan hal itu. Jadi untuk mendeteksi emosional, sifat dan karakter Asesmen awal non kognitif dapat dilakukan dari media sosial Seperti Facebook.
Selanjutnya pendidik dalam mempertahankan minat peserta didiknya dapat melakukan beberapa ide seperti dikemukakan oleh Ronald L Partin (2009) yakni: 1. Pembelajaran sudah di awali sebelum kelas dimulai, hal ini dilakukan dalam bentuk Asesmen Diagnostik. 2. Upayakanlah Agar kelas terlihat secara aktif, dimasa pandemi ini kelas dimaksud adalah kelas maya dalam bentuk Class Room atau Group Whattshap 3. Rencanakanlah dengan seksama dan penuh, maksudnya pembelajaran sudah terencana dengan sistematis bukan dadakan karena yang dihadapi mungkin saja hanya layar Monitor saja. 4. Jelaskan Tujuan-tujuan Khusus bagi masing-masing pelajaran, sehingga peserta didik mengerti untuk apa mereka mengetahui pembelajaran dimaksud selanjutnya 5. Dapat menggunakan Musik yang berkaitan dengan Topik, hal ini dilakukan untuk menghindari kebosanan, dapat juga memberikan beberapa anekdot, ilustrasi yang membangun kemampuan imajinasi berpikir anak dan yang perlu dingat ialah belajar dimasa kini bukan seberapa luas materi yang diajarkan, melainkan seberapa dalam penguasaan terhadap materi belajar saja sudah cukup.
Orang Tua
Peran orang tua dalam meningkatkan gairah belajar anak sangat menentukan dimasa pandemi ini, berita yang dilansir Harian analisa pada 17 Oktober 2020 misalnya merupakan contoh masih adanya pemikiran orang tua yang beranggapan bahwa pembelajaran jarak jauh ini merupakan acara liburan panjang anak sekolah sehingga anak dibawa untuk membantu orang tua ke ladang.
Dimasa kini kolaborasi Orang tua dengan pendidik sangat dibutuhkan, peran guru sebagai pendidik sebagian besar dialihkan kepada orang tua. Orang tua sebagai pendidik memberikan suasana nyaman, senang, dan bergairah dalam belajar. Gairah belajar akan muncul ketika anak tidak disudutkan dengan situasi ketidaktahuannya, berbeda dengan mengajar. Orang tua dapat memberikan motivasi untuk menumbuhkan rasa ingin tahunya, untuk belajar dari kesalahanya. Hal ini dapat ditumbuhkan dengan pendampingan, pandemi ini belum tahu kapan akan berakhir jangan biarkan anak kita kehilangan masa depan, ayo pendidik dan orang tua bekerja sama demi masa depan mereka.
Peserta didik
Sebanyak dan sebaik apapun metode, cara dan tehnik yang dilakukan kepada peserta didik, jika peserta didiknya tidak mau tau semuanya akan sia-sia. Belajar dapat dilakukan dimanapun, Long Life Education, belajar sepanjang hidup harus ditanamkan dalam diri masing-masing. Belajar juga bukan tentang hal-hal yang sulit dan ribet, mulailah dari hal-hal yang mudah, terutama jujurlah terhadap diri masing-masing dan jangan melawan hati nurani. Ketahuilah bahwa yang menentukan diri kamu adalah dirimu sendiri bukan orang lain.
Pembelajaran jarak jauh bukan untuk bermalas-malasan dengan berbagai pengalihan alasan tidak punya ini dan itu, orang tua tidak mampu beli androit, laptob dan pulsa. Karena tidak semua manusia dilahirkan serba ada ini dan itu.Bahkan peradapan ini dibangun awalnya peradapan yang sangat sederhana hingga sekarang terdapat peradapan yang kian konplek dan bertehnologi tinggi. Belajar dari sejarah tentang manusia purba misalanya, terlihat kehidupan mereka yang kita sebut primitif sampai mengenal kemajuan dalam kehidupanya, semuanya didapatkan dengan belajar autodidak dari pengalaman hidup secara terus menerus. Kiranya pengalaman hidup Homo Neanderthalensis yang disebabkan kekuranganya dalam membangun hubungan sosial akhirnya mengalami kepunahan dapat dijadikan pedoman untuk mempertahankan peradapan ini.
Teringat sebuah cerita, seorang pak tani labu yang sedang berteduh istirahat dibawah sebuah pohon besar dan rimbun, sambil duduk istirahat iapun menoleh keatas pohon dan memperhatikan buah pohon yang sangat kecil sementara pohonnya tinggi besar dan rimbun. Sementara ia membandingkan dengan tanaman labunya yang merayab ditanah namun memiliki buah yang sangat besar tidak sebanding. Dalam benaknya ia berpikir tidak adil, seandainya aku penciptanya saya akan buatkan buah pohon ini lebih besar dari buah labu karena ia punya cabang dan batang yang kuat untuk menahanya. Tiba-tiba dalam lamunanya buah Pohon terjatuh dan mengenai kepalanya membuat ia terkejut dan tersadar, seandainnya buah pohon lebih besar dari jelok kepalaku akan hancur.
Dalam kehidupan ini terkadang banyak hal yang kita anggap tidak adil, salah dan membuat kita jengkel, kesal atau emosi. Hal itu dapat terjadi karena secara psikologis kita masih dalam keadaan sehat dan sadar. Setiap manusia pasti merasakan hal yang sama, hanya dalam konteks dan kondisi saja yang membedakannya. Semua sependapat bahwa manusia diciptakan memiliki kelebihan dari semua mahluk hidup yang ada dibumi, namun cara pandang mungkin saja memiliki perdedaan, dan itulah yang membedakan kita, namun sekali lagi itu adalah hal yang sangat wajar.
Bumi memiliki tiga penghuni yakni Manusia, Hewan dan Tumbuhan. Ketiganya sangat memiliki ketergantungan yang saling melengkapi satu sama lainya. Manusia tanpa tumbuhan atau sebaliknya, tidak akan mampu bertahan hidup. Sulit dipikirkan jika pohon sudah berhenti mengeluarkan oksigen maka manusia sebagai mahluk tertinggi juga tidak akan ada apa-apanya. Sehingga wajar saja dunia sangat ketakutan melihat indonesia sebagai paru-paru dunia tidak menjaga hutan yang memiliki banyak manfaat itu. Banyak program yang dilakukan oleh dunia terhadap negara-negara, salah satunya indonesia agar tetap melestarikan lingkungannya dengan tidak menebang pohon secara sembarangan.
Mungkin terlalu berlebihan jika saya ungkapkan bahwa kekayaan, kekuasaan, kebesaran dan kejayaan apaun juga yang kita miliki saat ini, dengan segudang pengetahuan, teman dan setinggitingginya emosional yang dimiliki tidak akan berarti sama sekali tanpa oksigen dari pohon. Oksigen kita terima secara Cuma-Cuma dari pohon yang mana, pohon siapa tidak pernah diketahui dan jika hal itupun tak menyadarkan kita untuk berterimakasih, berbuat baik atau menurunkan emosi (tensi) sulit rasanya untuk melanjutkan kehidupan itu.
Pelajaran dari Pohon
Selanjutnya yang ingin saya utarakan ialah menyangkut filosofis dari pohon. Pohon yang memiliki banyak manfaat secara nyata untuk menunjang kehidupan, jika diamati juga memiliki sejuta pesan. Dimana pohon itu selalu tumbuh melawan gravitasi, dan berusaha untuk mempertahankan hidupnya walaupun ditanah gersang, berbatu atau berpasir sekalipun.
Dalam bahasa inggris pepatah mengatakan “Long life education” Manusia senantiasa belajar, dan tidak akan pernah berhenti untuk belajar, termasuk kepada pohon. Apa yang dapat dipelajari dari Pohon? Ada beberapa hal yang dapat dipelajari dari pohon untuk kehidupan umat manusia diantaranya:
1. Prinsip mempertahankan hidup, lihat saja pepohonan didalam hutan yang lebat dan rimbun. Semakin padat ( Rapat) jarak antara pohon satu dengan yang lainya maka pohon akan menjulang tinggi ke atas. Walaupun Pohon-pohon itu sangat padat namun pepohonan itu semakin kuat untuk menghalau kuatnya hempasan angin. Antara pohon satu samalain akan tetap berlomba ke atas sehingga terbentuk batang pohon yang besar dan tinggi, lurus sangat bagus. Walaupun bersaing dengan sesamanya dia tidak melukai temanya namun tetap berdiri dan hanya mengurangi cabang. Pun dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan yang sangat konflek saat ini, persaingan dalam kehidupan namun tetap mengedepankan prinsip humanis, hidup bersama. Bukan sebaliknya, persaingan menghasilkan kebaikan itu yang diharapkan dan tentunya untuk kemajuanbersama.
Mengandalkan egoisme bukan budaya indonesia kata Presiden Jokowidodo, budaya toleran dengan prinsip kemanusiaan sudah terbukti mampu membawa Indonesia hingga 72 tahun merdeka dan hidup bersama satu negara dibawah payung Pancasila sebagai landasan idiologinya. Dan selanjutnya saya suju dengan pendapat beberapa orang itu tidak Perlu lagi di perdebatkan.
2. Prinsip Kerja keras: tanpa terlihat pohon akan memanjangkan akarnya kebawah dan kesamping, untuk mencari unsur yang diperlukanya, namun akar itu yang membuat tanah tidak longsor, akan menambah kekokohan dari tanah tempat ia tumbuh sehingga terhindar dari lonsor dan kekeringan. Dalam kehidupan manusia kerja keras seseorang dapat dilakukan tanpa tidak melukai orang lain. Tidak jarang terlihat dalam kehidupan manusia memnyebabkan malapetaka bagi kehidupan sendiri dan orang lain. Kerja keras yang dilakukan dengan menambahkan seluruh kekuatan yang dimiliki, pengetahuan tenaga dan pikiran sebaik-baiknya adalah bermanfaat untuk lingkungan masyarakat. Indonesia memiliki kemampuan yang sangat hebat, dunia banyak memakai orang indonesia dalam berbagai perusahaan internasional, kenapa indonesia tidak memakainya.
3. Prinsip Kemaslahatan: hampir semua bagian Pohon bermanfaat untuk kehidupan mahluk hidup terutama untuk manusia. Bahkan Sampai matipun pohon tetap memberikan manfaat bagi lingkungannya, manusia menggunakanya untuk berbagai macam untuk menunjang kehidupan, paling terakhir adalah untuk menyuburkan tanah. Hidup hanya sekali jadi kenapa tidak digunakan kesempatan ini untuk kebaikan?
Kesimpulan
Bumi ini memiliki manusia, hewan dan tumbuhan, akan tetapi manusia sebagai mahluk yang paling tinggi derajatnya memiliki tugas untuk menjaganya. Manusia tidak akan mungkin hidup sendiri, karena manusia adalah mahluk sosial. Manusia juga sering lupa dengan dirinya dan penciptanya, mengandalkan pikiran dan kebenaran individu dalam kehidupan yang pluralis seperti indonesia akan mengancam kesatuan. Setiap individu memiliki keinginan untuk mempertahankan kehidupanya, dalam mempertahankan hidup tidak perlu melukai orang lain. Hidup ini akan lebih berarti jika memberikan manfaat bagi orang lain bukan melukai orang lain. Semakin banyak pohon di dalam hutan akan semakin kuat, jadilah seperti pohon bukan hanya semasa hidupnya ia banyak memberikan sumbangan bagi mahluk lain bahkan setelah matinya pun masih dapat bermanfaat untuk lingkunganya. semoga